Mata
itu tajam. Tajam sekali, seperti seekor elang yang tahu mangsanya dan kemudian
menyergap dari atas. Denyut nadi seakan berhenti dan detak jantungpun seperti
bergolak dan seisi organ tubuhku ingin lari saja. Aku masih diam dengan
menggigil. Aku tidak kedinginan, namun hanya takut dengan keadaan yang begitu
memaksa. Hanya satu kesalahanku kali ini, namun satu masalah yang tidak
kusengaja ini akan membuatku hancur dalam hitungan detik. Kebuasannya membuatku
takut untuk berbagi, berbagi apapun itu. Entah batin, cerita, tawa atau apalah
itu bahkan senyumpun aku tak bisa. Semuanya hamper kupendam sendiri, adapun
tempat berbagi itu hanyalah ilusi dan teman-teman saja yang tak mungkin
kupercaya penuh. Atau bahkan hanya jadi bahan tertawaan mereka saja dan atau
malah menjadi momok yang menyeramkan.
Pagi itu, aku hanya bersiap bangun
pagi kemudian memulai aktifitasku dengan baik, dan sebelunya aku hanya berdoa
“Tuhan … semoga hari ini aku mendapatkan hal baik apapun itu. Semoga hariku
kini indah dengan diawali pagi yang indah pula.” Kutebar senyum sembari menata
aktifitas. Bahkan embunpun kala itu masih sanggup menyelinap demi aku yang haus
bahagia. Namun, kau tahu apa yang terjadi??